TERIAKAN BERDARAH #3


Pekerjaanku sebagai penjaga kamar mayat sempat membuat diriku suka menyendiri. Tidak ada rekan kerja yang menemani. Aku hanya bisa melihat tubuh-tubuh manusia tanpa jiwa yang tertidur pulas. Tugasku hanya mengawasi pengunjung yang masuk atau polisi yang hendak mengidentifikasi mayat. Jika ada orang aneh yang dapat disinyalir sebagai psikopat, aku langsung membawanya ke kantor polisi. Ada saja para psikopat yang ingin memuaskan hasratnya untuk bermain dengan mayat. Aku sempat berurusan dengan psikopat yang ingin mencuri mayat di sini. Tanpa pikir panjang aku langsung memukulnya dengan kursi sehingga dia pingsan. Akhirnya aku membawa psikopat itu ke kantor polisi terdekat. Walaupun aku wanita, tidak akan kubiarkan mayat itu dicuri oleh psikopat.

Kegiatanku di ruangan ini hanya melamun atau melihat-lihat mayat. Aku perhatikan mayat-mayat itu, dan mendapat beberapa kesimpulan. Orang yang meninggal dengan wajar tidak terlalu buruk untuk dipandang, wajah mereka terlihat meninggal dengan bahagia. Berbeda dengan orang yang meninggal karena kecelakaan atau korban pembunuhan, wajah atau tubuh mereka sudah tak karuan sampai aku tidak tega melihatnya.
Pantatku terasa panas, hanya duduk dan mengawasi mayat-mayat berwarna kulit pucat. Aku beranjak dari tempat dudukku dan hendak melihat-lihat keadaan mayat-mayat itu lebih dekat. Aku berjalan melewati beberapa mayat sampai akhirnya mataku tertuju pada satu mayat. Mayat itu menarik perhatianku, aku rasa dia mempunyai paras wajah yang cukup tampan. Kupandangi muka mayat itu, sampai memikirkan saat dia hidup mungkin banyak wanita yang mencintai dirinya. Kulihat identitas mayat tersebut, tertulis “ARI, 21 tahun”. Sesuai dengan kriteria pria idamanku, tampan dan umurnya tidak jauh berbeda denganku. Andai saja dia masih hidup, mungkin aku akan mengejar-ngejar dirinya. Aku sangat penasaran dengan dirinya, ingin kubelai rambut kepalanya. Sebenarnya seorang penjaga kamar mayat seperti diriku tidak boleh menyentuh para mayat, tapi untuk sekali ini aku rasa tidak apa-apa. Kusentuh jidat Andi, terasa dingin. Kubelai rambutnya yang halus. Beberapa rambutnya kusut dan membuat jari-jariku tersangkut. Sial, bagaimana caranya aku melepaskan ini?
Kuangkat jari-jariku dari kepala Ari. Aku angkat tanganku sampai sejajar dengan pundakku. Aku merasa jari-jariku terangkat dengan mudah tapi belum terlepas dari jeratan rambut Ari. Aku menatap lurus ke depan dan berhadapan dengan wajah Ari yang pucat. Tanganku menggenggam kepala Ari yang sudah tidak melekat pada tubuhnya. Ya Tuhan, seseorang membunuh Ari dengan cara memotong kepalanya.
“BRAK!” terdengar suara pintu terbuka mengagetkanku. Beberapa orang masuk dengan membawa mayat. Mereka adalah tim forensik, setelah kecelakaan berlangsung biasanya mengidentifikasi mayat di ruangan ini.
“Nadine! Apa yang kamu lakukan dengan kepala mayat itu?!”
Aku segera mengembalikan kepala Ari seperti semula. “Maaf , aku hanya memeriksa keadaannya.”
“Janganlah terlalu gugup. Kamu memang bekerja di shift malam dan tanpa rekan kerja pula, tapi bukan berarti kamu harus tegang menghadapi para mayat-mayat ini.”
“Lain kali aku akan mencoba untuk lebih santai.” Sebenarnya aku bisa bersikap santai, tapi aku tidak bisa mengendalikan perasaan ini. Barusan adalah pria yang aku puja-puja, dia bernama Dhani. Parasnya tampan, dan dia terlihat sangat cermat saat mengidentifikasi mayat. Sering sekali aku memandangi dia saat berkutat dengan mayat.
“Siapa yang meninggal?” aku bertanya pada Dhani dengan harapan aku bisa lebih dekat dengan dia.
“Korban psikopat. Sebaiknya kamu tidak melihatnya.”
“Ayolah, aku menjaga kamar mayat ini. Melihat mayat bagiku adalah sesuatu yang wajar.” Aku mendesak Dhani, menggeser posisinya berdiri dan berhadapan dengan mayat tersebut.
Aku terdiam kaku memandangi mayat itu. Terlihat manusia tanpa tempurung kepala. Otaknya berliku-liku rumit seperti labirin, sesekali berdenyut mengeluarkan darah. Tak tampak bola mata, hanya terlihat lubang hitam. Darah mengalir dari sayatan yang cukup dalam pada tenggorokan. Keadaannya seperti kedua orang tua dan kakakku saat terbunuh oleh psikopat gila beberapa tahun lalu. Psikopat yang dulu telah merenggut nyawa keluargaku telah kembali, kali ini mengambil jiwa pria ini.

Komentar

Postingan Populer